Jumat, 11 November 2011

“Upaya meningkatkan keaktifan belajar PAI Melalui reward system”

“Upaya meningkatkan keaktifan belajar PAI Melalui reward system”


 


Dosen : Dra. Hj. Akif Khilmiyah, M. Ag


 


 


 


 


 


 


 


Disusun Oleh:


Wiwin Sundari (20090720015)


 

 

 

 

 

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


TAHUN 2011


 




  1. A.    Latar belakang masalah


Barr dan Tagg (1995)  menyatakan bahwa puluhan tahun belakangan ini, pendekatan dalam pembelajaran mulai dialihkan dari pendidikan yang bersifat teacher centered  atau berpusat pada guru, menjadi pendidikan yang berpusat pada siswa (students centered).  Perubahan pendekatan ini tentunya menuntut peranan para pendidik  (guru) untuk berpikir ulang tentang pembelajaran yang sifatnya tradisional, menjadi pembelajaran yang modern, yang menggunakan pendekatan pedagogis sehingga dapat membuat siswa lebih terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Walaupun pembelajaran berpusat pada siswa, namun guru harus tetap menjadi motivator dan pembimbing dalam kelas, yang dapat memfasilitasi proses belajar siswa. Pada pembelajaran yang berpusat pada siswa,  guru harus memikirkan beberapa hal, diantaranya :

(a)    bagaimana siswa dapat dengan baik mempelajari suatu materi yang dipresentasikan, dan

(b)    variasi metode-metode pedagogis yang dapat diterapkan untuk membantu siswa agar dapat lebih memaha-mi inti sari informasi yang sedang dibelajarkan.

Tidak menutup kemungkinan, siswa akan menjadi aktif di kelas jika dalam proses pembelajaran seorang pendidik memberikan stimulus berupa hadiah atau penghargaan. Menurut Ike R. Sugianto, Psi, jenis dan bentuk hadiah ada dua macam, yang pertama bersifat materiil yaitu benda atau makanan, yang kedua bersifat sosial yaitu, pujian, pelukan, ataupun ciuman. Dari semua hadiah tersebut, yang bersifat sosial adalah jenis yang paling praktis, dan sering digunakan oleh seorang pendidik dalam pembelajaran.

Pandangan pendidikan mulai berubah, hasil beberapa penelitian beranggapan bahwa reward dalam pendidikan itu tidak perlu lagi. Hal ini berbeda dengan pandangan pendidikan lima tahun yang lalu. Pandangan pendidikan lima tahun yang lalu beranggapan bahwa mendidik sangat diperlukan adanya reward. Alasan pandangan pendidikan tidak perlu reward itu karena pendidikan itu merupakan kebutuhan bagi peserta didik. Dengan adanya reward dikhawatirkan anak akan melakukan sesuatu itu karena hadiah atau penghargaan atau pujian dan ketika itu tidak diperoleh maka anak akan kehilangan motivasinya untuk belajar (Harian Umum Pelita).

Reward telah  menjadi salah satu bagian dalam dunia pendidikan,  namun pada kenyataannya, sebagian besar pendidik menganggapnya sebagai suatu hal yang remeh dan melupakannya. Sehingga reward atau hadiah jarang sekali diberikan, kecuali saat kelulusan, menang olimpiade dan hal – hal yang sifanya momentum. Akibatnya, hadiah yang efek psikologisnya besar bagi siswa tidak memiliki kesempatan untuk mewarnai perilaku afektif siswa. Hal serupa juga yang terjadi di SD Muhammadiyah Tamantirto Kasihan Bantul.

 

  1. B.     Rumusan masalah

  2. Bagaimana dampak reward pada motivasi belajar  siswa di kelas

  3. Apa saja factor pendukung dan penghambatnya

  4. Bagaimana strategi untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

  5. Bagaimana strategi untuk meningkatkan kemampuan guru dalam memberikan reward


 

  1. Tujuan penelitian

  2. Untuk mengetahui dampak pemberian reward pada motivasi belajar dan keaktifan siswa di kelas

  3. Untuk  mengetahui faktor – faktor apa saja yang dapat mendukung dan menghambat motivasi belajar

  4. Agar pendidik dan peserta didik dapat melakukan proses belajar mengajar dengan baik, menyenangkan dan memberi kenyamanan

  5. Agar pendidik dapat mengaplikasikan pemberian reward secara benar dalam pembelajaran sesuai dengan tingkat dan kemampuan siswa


 

  1. D.    Manfaat penelitian

  2. Teoretis


Diharapkan dari penelitian ini dapat membantu menyelesaikan masalah pendidikan terutama yang berhubungan dengan keaktifan dan motivasi belajar  dan dapat  memberi sumbangan pemikiran dalam bidang pendidikan, khususnya pendidikan agama islam serta dapat dijadikan sebagai motivasi untuk perbaikan dalam pengaplikasikan pembelajaran PAI bid metodologi pembelajaran PAI

  1. Praktis


Dari penelitian ini diharapkan dapat membantu pendidik dalam menciptakan suasana belajar mengajar yang aktif, efektif dan efisien. Selain itu juga dapat menimbulkan rasa keakraban antara pendidik dan peserta didik, baik ketika proses pembelajaran berlangsung maupun saat berada diluar kelas atau diluar sekolah.

 

  1. E.    Kajian pustaka


            Telah banyak penelitian yang mengangkat tema tentang bagaimana meningkatkan motivasi peserta didik. Ada beberapa skripsi yang membahas tentang motivasi belajar, diantaranya penelitian yang ditulis oleh Dina ermawati yang berjudul Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa Melalui Pendekatan Quantum Learning, dalam penelitian ini membahas tentang bagaimana menerapkan pendekatan Quantum Learning dalam pembelajaran matematika guna peningkatan motivasi belajar matematika siswa dalam pembelajaran matematika.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh vivi Anggraini yang mangambil judul Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Kimia Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Learning Cycle, isi dari penelitian ini adalah bagaimana memberikan arahan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa melalui Model Pembelajaran Learning Cycle yang menurut peneliti dianggap cukup ampuh dalam meningkatkan kembali semangat belajar siswa. Hasil penelitian tersebut menunjukan motivasi belajar siswa pada siklus I sebesar 85% dan pada siklus II sebesar 90,83%, berarti ada peningkatan 6,83%. Keterlaksanaan penerapan pembelajaran model Learning Cycle pada siklus I sebesar 80 % dan pada siklus II menjadi 84 % berarti ada kenaikan 4 %.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Hartina yang berjudul Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Melalui Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat. Dalam penelitian ini berisikan konsep – konsep tentang motivasi belajar dan upaya – upaya yang dilakukan untuk menjadikan siswa menyenangi pelajaran IPA serta bagaimana menerapkannya dalam kehidupan nyata siswa.

Sedangkan judul penelitian saya adalah Upaya meningkatkan keaktifan belajar PAI Melalui reward system, yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah menggunakan reward sebagai stimulus yang bisa dipergunakan untuk menimbulkan adanya motivasi belajar. reward juga mempunyai pengaruh yang positif bagi anak untuk berusaha mencapai prestasi yang lebih baik, dan membuat anak tersebut merasa dihargai. Harga diri yang positif membuat anak didik lebih optimistis dan menumbuhkan rasa percaya diri yang tinggi, sehingga seorang anak didik tidak akan ragu dalam melakukan hal – hal yang benar. Selain itu dalam penelitian ini dorongan motivasi belajar ditujukan pada pembelajaran agama islam, yang dikenal selama ini kurang inovatif dan tidak sedikit pula siswa yang tidak menyukai pelajaran tersebut. Jadi dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat membantu memberi sumbangan bagi sekolah maupun pendidik untuk lebih kreatif dalam kegiatan pembelajaran.

 

  1. F.     Landasan teori

  2. A.    Motivasi belajar

  3. 1.      Pengertian

    1. Motivasi kadang-kadang diibaratkan sebagai mesin dan kemudi pada mobil. Energi dan arah inilah yang menjadi inti dari konsep tentang motivasi. Motivasi merupakan sebuah konsep yang luas (diffuse), dan seringkali dikaitkan dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi energi dan arah aktivitas manusia, misalnya minat (interest), kebutuhan (need), nilai (value), sikap (attitude), aspirasi dan insentif (Gage & Berliner, 1984).

    2. Motivasi adalah suatu disposisi untuk mencapai suatu tujuan yang dapat memberikan kepuasan apabila berhasil di capai. (Mc. Clelland, 1976)

    3. Menurut H. Abdurrahman motivasi adalah semua upaya manusia atau individu memobilisasikan (menggerakkan, mengerahkan dan mengarahkan semua sumber daya manusia yang dimilikinya (fisik, mental, Intelektual, Emosional dan Social) untuk memberikan jawaban (respons) yang tepat terhadap problema yang dihadapinya.

    4. Menurut Sardiman AM, Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis non intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar.




Dari beberapa pengertian motivasi tersebut peneliti lebih condong pada pengertian motivasi menurut H. Abdurrahman, karena telah jelas dipaparkan bahwa untuk memotivasi seseorang tidak hanya secara bahasa saja, melainkan harus bisa menggerakkan, mengerahkan dan mengarahkan semua sumber daya manusia yang dimilikinya yang meliputi fisiknya, mental, Intelektual, Emosional dan Sosial sehingga dapat memberikan jawaban (respons) yang tepat terhadap problema yang dihadapinya.

 

  1. 2.      Macam – macam motivasi belajar


Motivasi dibedakan atas dua macam yaitu :

  • Motivasi Instrinsik yaitu motivasi yang ditimbulkan dari dalam diri individu, tanpa ada rangsangan atau bantuan orang lain.

  • Motivasi Ekstrinsik yaitu motivasi yang timbul akibat rangsangan dari luar diri individu.


Salah satu ciri yang  penting dari motivasi adalah adanya semangat terhadap seseorang peserta didik dalam kegiatan – kegiatan belajarnya, seseorang berkeinginan untuk melakukan suatu perbuatan dan memberi petunjuk pada tingkah laku.

 

  1. 3.      Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar


1)      Faktor internal

Faktor internal yaitu faktor ynag ada dalam diri manusia itu sendiri yang berupa sikap, kepribadian, pendidikan, pengalaman dan cita-cita.

2)      Faktor eksternal

Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri manusia itu sendiri yang terdiri dari :

a)      Lingkungan sosial

yang meliputi lingkungan masyarakat, tetangga, teman, orangtuaatau keluarga dan teman sekolah.

 

b)      Lingkungan non sosial

meliputi keadaan gedung sekolah, letak sekolah, jarak tempat tinggal dengan sekolah, alat-alat belajar, kondisi ekonomi orangtua dan lain-lain. (Muhidin Syah, 1995:108-115)

 

Sedangkan menurut Sumanto (1990) menggolongkan faktor yang mempengaruhi belajar anak menjadi tiga macam, yaitu:

1) Faktor-faktor stimulasi belajar

Yang dimaksud faktor stimulasi belajar adalah segala hal di luar individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimulasi dalam penelitian ini mencakup materiil serta suasana lingkungan yang ada di sekitar siswa.

2) Faktor metode belajar

Metode yang dipakai guru sangat mempengaruhi belajar siswa. Metode yang menarik dapat menimbulkan rangsangan dari siswa untuk meniru dan mengaplikasikannya dalam cara belajarnya.

 

3) Faktor-faktor individual

Faktor ini menyangkut hal-hal seperti, kematangan, faktor usia, jenis kelamin,pengalaman, kapasitas mental, kondisi kesehatan fisik dan psikis, rohani serta motivasi.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar anak, juga mempengaruhi motivasi melanjutkan pendidikan anak. Sebab hasil belajar anak pada jenjang pendidikan tertentu, akan digunakan untuk memenuhi salah satu syarat melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.

Secara umum, teori-teori tentang motivasi dapat dikelompokkan berdasarkan sudut pandangnya, yaitu: behavioral, cognitive, psychoanalytic, humanistic, social learning, dan social cognition.

 

1)      Teori-teori Behavioral

Teori ini menyatakan bahwa kinerja meningkat sesuai dengan rangsangan tetapi hanya sampai pada titik tertentu, ketika tingkat rangsangan menjadi terlalu tinggi, kinerja justru menurun, sehingga disimpulkan terdapat rangsangan optimal untuk suatu aktivitas tertentu (Yerkes & Dodson, 1908).

 

2)      Teori-teori Cognitive

Teori kedua yang termasuk dalam teori-teori cognitive adalah Atribution Theory yang dikemukakan oleh Fritz Heider (1958), Harold Kelley (1967, 1971), dan Bernard Weiner (1985, 1986). Teori ini menyatakan bahwa setiap individu mencoba menjelaskan kesuksesan atau kegagalan diri sendiri atau orang lain dengan cara menawarkan attribut-atribut tertentu. Atribut ini dapat bersifat internal maupun eksternal dan terkontrol maupun yang tidak terkontrol. Dalam sebuah pembelajaran, sangat penting untuk membantu siswa mengembangkan atribut-diri usaha (internal, terkontrol). Jika siswa memiliki atribut kemampuan (internal, tak terkontrol), maka begitu siswa mengalami kesulitan dalam belajar, siswa akan menunjukkan perilaku belajar yang melemah (Huitt, 2001).

 

3)      Teori-teori Psychoanalytic

Salah satu teori yang sangat terkenal dalam kelompok teori ini adalah Psychoanalytic Theory (Psychosexual Theory) yang dikemukakan oleh Freud (1856 - 1939) yang menyatakan bahwa semua tindakan atau perilaku merupakan hasil dari naluri (instinct) biologis internal yang terdiri dari dua kategori, yaitu : hidup (sexual) dan mati (aggression).

 

4)      Teori Humanistic

Teori yang sangat berpengaruh dalam teori humanistic ini adalah Theory of Human Motivation yang dikembangkan oleh Abraham Maslow (1954).

Maslow mengemukakan gagasan hirarki kebutuhan manusia, yang terbagi menjadi dua kelompok, yaitu: deficiency needs dan growth needs.

  1. Deficiency needs meliputi (dari urutan paling bawah) kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki, dan kebutuhan akan penghargaan. Dalam deficiency needs ini, kebutuhan yang lebih bawah harus dipenuhi lebih dulu sebelum ke kebutuhan di level berikutnya.

  2. Growth needs meliputi kebutuhan kognitif, kebutuhan estetik, kebutuhan aktualisasi diri, dan kebutuhan self-transcendence.


 

5)      Teori Social Learning

Social Learning Theory (1954) yang diajukan oleh Julian Rotter menaruh perhatian pada apa yang dipilih seseorang ketika dihadapkan pada sejumlah alternatif bagaimana akan bertindak. Untuk menjelaskan pilihan, atau arah tindakan.

Menurut Rotter, motivasi merupakan fungsi dari expectation dan nilai reinforcement. Nilai reinforcement merujuk pada tingkat preferensi terhadap reinforcement tertentu (Berliner & Calfee, 1996).

 

6)      Teori Social Cognition

Tokoh dari Social Cognition Theory adalah Albert Bandura. Melalui berbagai eksperimen Bandura dapat menunjukkan bahwa penerapan konsekuensi tidak diperlukan agar pembelajaran terjadi. Pembelajaran dapat terjadi melalui proses sederhana dengan mengamati aktivitas orang lain. Bandura menyimpulkan penemuannya dalam pola 4 langkah yang mengkombinasikan pandangan kognitif dan pandangan belajar operan, yaitu:

  1. Attention, memperhatikan dari lingkungan,

  2. Retention, mengingat apa yang pernah dilihat atau diperoleh,

  3. Reproduction, melakukan sesuatu dengan cara meniru dari apa yang dilihat,

  4. Motivation, lingkungan memberikan konsekuensi yang mengubah kemungkinan perilaku yang akan muncul lagi (reinforcement and punishment) (Huitt, 2004).


Dengan adanya motivasi belajar yang tinggi, maka akan tercipta keaktifan dari peserta didik dalam kelas.  Keaktifan  merupakan suatu kegiatan atau aktivitas atau segala sesuatu yang dilakukan yang terjadi baik fisik maupun non fisik . Aktivitas tidak hanya ditentukan oleh aktivitas fisik semata, tetapi juga ditentukan oleh aktivitas non fisik seperti mental, intelektual dan emosional .

Keaktifan yang dimaksud disini penekanannya adalah pada peserta didik, sebab dengan adanya keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran, maka akan tercipta situasi belajar mengajar yang kondusif dan terjadi pembelajaran yang aktif.

Belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan peserta didik secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor . Belajar aktif sangat diperlukan oleh peserta didik untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika peserta didik pasif atau hanya menerima informasi dari guru saja, akan timbul kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan oleh guru, oleh karena itu diperlukan perangkat tertentu untuk dapat mengingatkan yang baru saja diterima dari guru.

Keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan manakala :

1)      pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada peserta didik

2)       guru berperan sebagai pembimbing supaya terjadi pengalaman dalam belajar

3)       tujuan kegiatan pembelajaran tercapai kemampuan minimal peserta didik (kompetensi dasar)

4)       pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas peserta didik,meningkatkan kemampuan minimalnya, dan mencapai peserta didik yang kreatif serta mampu menguasai konsep-konsep

5)       melakukan pengukuran secara kontinu dalam berbagai aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan

 

  1. 1.      Jenis – jenis keaktifan dalam belajar


Menurut Paul D. Dierich keaktifan belajar dapat diklasifikasikan dalam delapan kelompok, yaitu :

  1. Kegiatan – kegiatan visual


Seperti membaca, melihat menggambar, mengamati eksperimen, demonstrasi pameran dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

  1. Kegiatan – kegiatan lisan


Meliputi mengemukakan suatu fakta atau prinsipyang menghubungkan suatu tujuan, mengemukakan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara dan diskusi.

  1. Kegiatan – kegiatan mendengarkan


Meliputi mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan dan mendengarkan radio.

  1. Kegiatan – kegiatan menulis


Seperti menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.

  1. Kegiatan – kegiatan menggambar


Seperti membuat grafik, chart, diagram, dan pola – pola.

  1. Kegiatan – kegiatan metric


Melakukan percobaan, memilih alat – alat, melaksanakan pameran, menari, dan berkebun.

  1. Kegiatan – kegiatan mental


Seperti merenungkan, mengingatkan, memecahkan masalah, menganalisa faktor – faktor, melihat hubungan – hubungan, dan membuat keputusan.

  1. Kegiatan – kegiatan emosional


Meliputi minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan overlap satu sama lain.

 

  1. 2.      Faktor – faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar


Keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran, dapat membantu merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya. Selain itu peserta didik juga dapat berlatih untuk berfikir kritis, dan dapat memecahkan permasalahan – permasalahan dalam kehidupan sehari – hari.

Gagne dan Briggs menyatakan bahwa faktor – faktor yang dapat menimbulkan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut :

  1. Memberikan motifasi atau menarik perhatian peserta didik, sehingga mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran

  2. Menjelaskan tujuan intruksional (kemampuan dasar kepada peerta didik)

  3. Mengingatkan kompetensi belajar kepada peserta didik

  4. Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep yang akan dipelajari)

  5. Memberi petunjuk kepada peserta didik tentang bagaimana cara mempelajarinya

  6. Memunculkan aktivitas, partisipasi peserta didik, dalam kegiatan pembelajaran

  7. Memberi umpan balik kepada peserta didik

  8. Melakukan tagihan – tagihan terhadap peserta didik berupa tes, sehingga kemampuan peserta didik selalu terpantau dan terukur

  9. Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir pembelajaran


 

  1. B.     Reward

    1. 1.      Pengertian




Reward atau penghargaan adalah suatu kompensasi yang dapat diperoleh setiap orang. Selain itu juga dapat diartikan sebagai suatu cara untuk mengukuhkan tingkah laku agar anak atau peserta didik mengulangi tingkah laku yang dikehendaki pendidik. Pemberian hadiah juga telah dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW karena dapat mewariskan kecintaan dan menghilangkan iri hati. Pada zaman Rasulullah SAW,hadiah tidak hanya berupa materi tetapi juga berupa penghargaan dengan ucapan dan tingkah laku yang menyenangkan.

Anak yang diberi hadiah atau penghargaan akan menjadi termotivasi mengulangi tingkah laku atau perbuatan yang dikehendaki pendidik. Sehingga akan menghasilkan suatu kebiasaan terhadap anak tersebut.

 

  1. 2.      Jenis – jenis hadiah (Reward)


Hadiah dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

  1. Jenis intrinsik


Yaitu hadiah berupa kepuasan dalam diri melalui pemenuhan kebutuhan dan tujuannya adalah memperoleh rasa bangga, kontrol diri, dan mempererat hubungan dengan anak, seperti member pelukan, ciuman, dan pujian.

  1. Jenis ekstrinsik


Yaitu hadiah yang berasal dari luar dan mendapatkan kepuasan, seperti mendapatkan mainan atau makanan.

  1. 3.      Cara memberikan hadiah yang baik

    1. Orang tua atau pendidik memberikan hadiah yang menyenangkan setelah anak menampilkan tingkah laku yang diinginkan.

    2. Orang tua atau pendidik dapat memberikan hadiah ekstra jika anak melakukan hal yang diinginkan orang tua atau pendidik dan sukar dilakukan bagi anak.




 

  1. 4.      Pedoman memberi hadiah

    1. Sebaiknya hadiah bersifat kongkrit dan diberikan sebagai pendorong untuk menghargai, member perhatian, menghormati dan member kasih saying.

    2. Mengatakan lebih dulu bahwa anak (peserta didik) akan mendapatkan hadiah bila melakukan sesuatu yang diinginkan

    3. Tidak diberitahu sebelumnya bahwa mereka akan diberi hadiah, tetapi diberikan hadiah setelah mereka menyelesaikan apa yang diperintahkan

    4. Memberikan hadiah bukan karena sesuatu, tetapi karena kita suka dengan apa yang dilakukannya

    5. Memilih hadiah sesuai dengan yang dibutuhkan anak, jangan memberikan sesuatu yang nantinya tidak bermanfaat, karena hadiah akan menjadi tidak berarti

    6.  Berilah hadiah secara teratur dan terencana

    7. Buatlah catatan untuk mengetahui perkembangan tingkah laku anak selanjutnya, khususnya tingkah laku yang akan dikuatkan

    8. Berikan hadiah dengan segera ketika anak melakukan tindakan yang diinginkan

    9. Perbaiki prosedur pemberian hadiah setelah meninjau keberhasilan

    10. Beri hadiah sekecil – kecilnya dengan perubahan yang besar.




Faktor 2 yg mempengaruhi pemberian reward

 

  1. G.    Hipotesis tindakan


Sesuai dengan kajian teori diatas, maka dalam penelitian tindakan kelas tersebut dapat diambil hipotesis yaitu, pemberian reward dapat meningkatkan motivasi belajar dan dapat menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran dikelas tersebut.

 

  1. H.    Rencana dan prosedur penelitian

    1. 1.      Rencana penelitian




1.1  Subyak penelitian

 

1.2  Tempat penelitian

 

1.3  Waktu penelitian

Penelitian ini direncanakan selama satu semester

1.4  Lama tindakan

Penelitian akan dilaksanakan selama 9 minggu untuk 3 kali putaran.

 

  1. 2.      Prosedur penelitian


Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan dalam tiga siklus (3 kali putaran ) tertera  seperti dibawah ini :

1)      Siklus 1

Siklus ini difokuskan pada upaya meningkatkan motivasi siswa dengan memberikan reward berupa pujian dalam pembelajaran. Indikator keberhasilan diukur berdasarkan meningkatnya keaktifan siswa baik ketika proses belajar mengajar berlangsung maupun dalam mengerjakan tugas yang diberikan pendidik kepada setiap siswa. Dengan table penilaian seperti dibawah ini :


























No



Nama Siswa



Jenis Reward



Skor



Penilai



Pujian



Peneliti



Guru



 

2)      Siklus 2

Siklus ini difokuskan pada perbaikan mengaplikasian pemberian reward kepada siswa yang semula hanya dengan pujian, dilanjutkan dengan menggunakan hadiah baik berupa makanan maupun benda. Indikator keberhasilan diukur berdasarkan dari meningkatnya motivasi dan keaktifan  siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran, seperti semangat siswa ketika mengikuti pembelajaran, keseriusan ketika mengerjakan tugas, dan tanggung jawab masing – masing siswa ketika di berikan PR. Dengan table penilaian seperti dibawah ini :


























No



Nama Siswa



Jenis Reward



Skor



Penilai



Hadiah (makanan / benda)



Peneliti



Guru



 

3)      Siklus 3

Siklus ini difokuskan pada proses pembelajaran dengan menggunakan reward berupa pemberitahuan dengan membacakan  nilai yang diperoleh peserta didik setelah selesai tes. Indikator keberhasilan diukur dari banyaknya jumlah siswa yang mengikuti pelajaran tersebut dan nilai tes yang diperoleh pada pelajaran PAI.

Dengan table penilaian seperti dibawah ini :


























No



Nama Siswa



Jenis Reward



Skor



Penilai



Pemberian skor



Peneliti



Guru



 

Untuk lebih memperjelas penelitian ini, maka ikutilah langkah – langkah analisa Penelitian Tindakan Kelas di buku Penelitian Tindakan Kelas karangan Prof. Suharsimi Arikunto, sebagai berikut :

  1. Menyusun Rancangan Tindakan (Planning)


Setelah menentukan subyek, tempat dan waktu penelitian, selanjutnya peneliti meminta kesediaan guru yang bersangkutan pada mata pelajaran agama, untuk melakukan kerja sama atau kolaborasi dalam membuat instrument pengamatan untuk membantu meneliti dan menilai selama tindakan berlangsung.

  1. Pelaksanaan Tindaka (Acting)


Tahap ini merupakan implementasi penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan kelas. Pada tahap ini, peneliti mulai melakukan tindakan dengan pemberian reward secara bertahap sesuai dengan siklus – siklus yang telah direncanakan.

  1. Pengamatan ( Observing)


Pada tahapan ini peneliti dibantu dengan guru yang bersangkutan, melihat kondisi dan suasana belajar mengajar setelah diberikannya reward secara bertahap dan melihat serta mencatat dalam table penilaian yang telah disediakan, dan juga mengamati perubahan sikap pada peserta didiknya.

  1. Refleksi ( Reflecting)


Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini dilakukan ketika  guru pelaksana selesai melakukan tindakan, kemudian bertemu dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka


 

Akbar, Reni Hawadi, (2001) Psikologi Perkembangan Anak, Jakarta: Grasindo

Arikunto, Suharsimi, Suhardjono,dkk, (2007) Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara

Buchori, (1982) Psikologi Pendidikan , Bandung : C.V. Jemmars

Budiningsih, Asri (2005), Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta

Prayitno, irwan, (2004) Anakku Penyejuk Hatiku, bekasi : Pustaka Tarbiatuna

 

 

 

 

 

 

1 komentar: